Sejak 6 tahun lalu penjualan kereta api bekas Jepang tidak pernah berubah harga. Satu gerbong kereta api bekas dijual kepada Indonesia 10 juta yen atau saat ini sekitar 1,3 miliar rupiah. Harga ini sampai dengan pelabuhan di Jepang dan dari pelabuhan Jepang ke Indonesia ditanggung biaya pihak Indonesia.
“Selama ini tidak ada masalah dengan Indonesia, semua tersalurkan dengan baik. Namun yang jadi pertanyaan kami apakah kereta api seri 205 bisa masuk Indonesia tahun 2020 dengan baik?” tanya sumber JIEF dari perkeretaapian Jepang Rabu ini (7/3/2018).
Mengapa ada pertanyaan seperti itu? Ternyata banyak pihak kereta api Jepang selama ini memperhatikan semua peraturan transportasi yang ada di Indonesia.
Tahun 2019 menurut peraturan ketentuan hukum Indonesia, mobil yang telah 30 tahun sudah tak bisa lagi dipakai di Indonesia, alias dilarang digunakan.
“Apakah ketentuan tahun 2019 tersebut akan berlaku juga bagi kereta api Jepang seri 205 yang usianya juga sudah lebih dari 30 tahun?” tambahnya.
Kereta api Jepang seri 205 pertama kali muncul tahun 1985 yang berarti sudah berusia 33 tahun saat ini.
Kontrak pembelian 336 gerbong kereta api seri 205 tersebut baru akan sepenuhnya sampai ke Indonesia, sesuai jadwal tahun 2020 berarti sudah lewat dari tahun 2019.
Hal itulah yang membuat kekuatiran pihak Jepang apakah nantinya akan ada masalah atau tidak ke Indonesia karena baru bisa masuk ke Indonesia keseluruhannya melewati tahun 2019.
Selain itu penjualan gerbong yang hanya 10 juta yen bagi orang Jepang dianggap tak ada nilainya atau tidak menguntungkan bagi Jepang.
Kereta api seri 205 adalah yang terbaik di Jepang saat ini dari segi kualitas, baja terbaik, sangat kuat. Seri ini pula yang lebih hemat energi dan hemat biaya dibanding seri 201 dan 203 sebelumnya, dan direalisasikan penghematan berat dengan membuat bodi mobil stainless steel. Jendela samping diadopsi formula keturunan yang tidak dapat dianggap sebagai gerbong normal dengan kendaraan dari baja terbaiknya.
Kualitas gerbong 205 yang kini ada di Indonesia mungkin sangat menguntungkan bagi Indonesia mendapatkan kualitas terbaik meskipun kereta api bekas dan bagi Jepang harga 10 juta yen per satu gerbong, sangatlah tidak menguntungkan.
Lalu apa yang diincar oleh Jepang kepada Indonesia, mengapa mau jual sangat murah tersebut?
Penyelidikan lebih lanjut ternyata dari penyediaan suku cadang kereta api yang nantinya kemungkinan akan tergantung kepada Jepang.
JR East Japan Technology (JRTM), anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh JR East. JRTM terutama melakukan perawatan kendaraan dan remodeling kendaraan terutama di Jepang, namun juga menangani dukungan teknis untuk suplai luar negeri dan suku cadangnya,
JR East sebagai induk usaha rupanya ingin menghidupkan anak-anak perusahaannya salah satunya JRTM yang diharapkan dapat bisnis dari Indonesia untuk perawatan dan suku cadang kereta apinya di Indonesia.
Setelah kereta api lama, tentunya Indonesia akan mencari dan membuat kereta api baru yang dimaksudkan bagi kereta api cepat.
Anak usaha JR East lainnya adalah pabrik manufaktur kereta api yang komprehensif (J-TREC), yang membuat berbagai model baru kereta api di Jepang dan kereta api yang komprehensif (canggih) juga.
Anak usaha ititu pula (J-TREC) tampaknya diharapkan bisa dihidupkan kerjasama dengan Indonesia di masa depan dalam pemesanan kereta api yang baru-baru setelah hubungan baik tercipta saat ini dengan Indonesia.
Hubungan dengan Jepang memang umumnya dimulai dari harga yang snagat rendah, bahkan seperti kasus ini JR East dianggap tidak untung menjual satu gerbongnya hanya 10 juta yen. Namun masa depan adalah selalu jadi pola pikir orang Jepang. membuat kerjasama yang baik saat ini, diharapkan akan meraih keuntungan di masa depan.
Mudah-mudahan hubungan ini bukan hanya soal hitung menghitung saja, tetapi pada hakekatnya nantinya bisa menjadi hubungan mesra di segala bidang antara Indonesia dan Jepang apalagi di tahun 2018 adalah tahun peringatan 60 tahun kedua negara.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.