Sedikitnya 200 warga negara Indonesia (WNI) menyambut kedatangan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan di Sekolah Republik Indonesia Tokyo, Minggu (14/5/2017).
“Sampeyan sudah lama sekali tinggal di Jepang, topinya bagus ya,” kata Menteri Jonan dengan logat Surabaya-nya, kepada seorang ibu yang telah 32 tahun tinggal di Jepang dan disambut tawa semua hadirin.
Pada kesempatan itu Jonan juga menjelaskan soal energi terbarukan.
“Presiden kita sangat berkomitmen terhadap perubahan iklim karena menandatangani COP Desember 2015 lalu mengenai Green Energy,” kata Menteri Jonan kepada JIEF, Minggu (15/5/2017).
Energi hijau itu sebenarnya adalah energi terbarukan seperti energi dari laut, matahari, panas bumi, biomas dan sebagainya.
“Kita berkomitmen tahun 2025 sedikitnya 25 persen energi dari energi terbarukan. Kini baru 8 sampai 9 persen dan apabila digabung dengan transportasi mungkin sudah 11 persen,” kata Jonan.
Baca: Masalah Freeport Terbesar soal Pajak Sudah di Kementerian Keuangan
Menteri Jonan menekankan akan berjuang mati-matian supaya bisa mencapai target tersebut.
“Setidaknya 23 persen kita coba raih nanti dengan energi terbarukan ini,” ujarnya.
Meskipun demikian, kata Jonan, harga harus affordable, dapat teraih dengan baik oleh masyarakat.
“Harga listrik harus juga bisa teraih dengan baik bagi masyarakat dong. Kalau tidak bisa teraih masyarakat, kemahalan kan jadi useless nanti,” kata dia.
Selain itu Menteri Jonan juga mengingatkan adanya proyek kelistrikan panas bumi Saula di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Indonesia.
“Bayangkan satu kompleks panas bumi di Sarula Tengah Sumatera Utara dengan COD sebesar 110 Megawatt kali tiga menjadi 330 Megawatt untuk sistem jaringan listrik Sumatera Utara kan besar sekali bukan?” kata dia.
Harga listrik tersebut menurut Jonan dijual dengan harga 6,7 cent USD.
“Bayangkan kalau dijual misalnya 12 hingga 15 cent, maka harga listrik mau dijual berapa kepada masyarakat? Nanti diprotes pula seperti anggota masyarakat kita tadi dan saya tanya disubsidi nggak? Dijawab tidak disubsidi, ya sudah kan,” katanya.
Seorang masyarakat Indonesia di Jepang kemarin menanyakan, mengapa harga listrik yang dibayarnya di Bogor mendadak tinggi, apakah ada kenaikan harga listrik?
“Sebenarnya tidak ada kenaikan harga listrik. Yang benar adalah subsidi dicabut dari pemerintah,” kata Menteri Jonan menjawab WNI tersebut.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.