Kemenangan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan koalisinya (Partai Liberal LDP dan Partai Komei) mendapatkan kursi mayoritas dua per tiga (313 kursi) sebenarnya karena kesalahan Gubernur Tokyo Yuriko Koike yang juga Ketua Partai Harapan (Kiboto) yang tahun lalu mengundurkan diri dari LDP.
“Kemenangan mutlak koalisi LDP dan Komeito satu bukti bahwa strategi Koike salah kali ini dan malah menguntungkan koalisi untuk menang mutlak,” ungkap mantan pimpinan Yakuza afiliasi Yamaguchigumi, Sugawara Ushio (57)–bos Watanabe gumi dan salah satu pimpinan Sato gumi, biasa disebut Neko Kumicho–kepada JIEF Selasa (24/10/2017).
Koike dianggapnya salah besar memasukkan pecahan Partai Demokrat (DPJ) ke dalam Kiboto dan strategi Koike untuk menghantam Abe dari segi ekonomi justru terbalik dan salah karena Abe sudah benar ingin meningkatkan kecepatan roda perekonomian dnegan berbagai hal yang diciptakannya.
“Ambisinya terlalu berlebihan sekali dan masyarakat terutama kalangan muda juga sudah mulai mengetahui kalau Koike tak bisa kerja dan gila hormat saja. Cuma bisa bicara saja selama ini ternyata,” kata dia.
Kenyataan yang ada muncul kata-kata saingan Abenomics dengan Yurinomics yang saat ini menjadi tertawaan banyak kalangan warga Jepang karena visa perekonomian Koike tak ada bukti keberhasilan apa pun.
Hal tersebut terlihat dari kepemimpinannya sebagai Gubernur Tokyo yang tak ada hasil apa pun.
“Sementara pembentukan partainya yang baru Kokumin First yang lalu, segera ditinggalkan setelah menang pemilu Tokyo, lalu kini bentuk baru lagi Partai Harapan (Kiboto) yang memasukkan banyak politisi yang dianggap “sampah” ke dalamnya sehingga jadi tertawaan banyak orang pula,” ujarnya.
Dengan penguasaan majelis rendah dua per tiga oleh koalisi, perubahan konstitusi (UUD Jepang) sangatlah mudah karena dengan mudah koalisi bisa mengubahnya.
Partai Demokrat Konstitusional Jepang, sebuah partai kiri-tengah yang baru-baru ini dibentuk oleh mantan Sekretaris Kabinet Edano Yukio dan pembelot liberal yang berpikiran serupa dari Partai Demokrat (DPJ) yang terpecah, mendapat daya tarik, lebih dari tiga kali lipat jumlah kursi menjadi 55 untuk muncul sebagai partai oposisi terbesar di majelis rendah.
Partai Harapan Konservatif Tokyo dipimpin Koike Yuriko, yang dibentuk tepat sebelum pemilihan dan juga mengambil anggota DPJ, tidak mampu mempertahankan kekuatan sebelum pemilihan 57 kursi, turun menjadi 50 orang.
“Satu bukti nyata pula Koike hanyalah macan tak punya gigi dalam perpolitikan Jepang saat ini,” kata dia.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.