Sebuah alat berat untuk mengeruk tanah (excavator) yang bisa memanjat tebing terjal ternyata sudah ada di Jepang sejak 26 tahun lalu.
Dan yang pertama di dunia dikembangkan dan dibuat oleh Toshihito Okamoto, President Taisho Construction Corporation yang bermarkas di Mobarashi Perfektur Chiba Jepang.
“Kita kembangkan dan sudah dipakai sejak 26 tahun lalu (1991) hanya oleh perusahaan konstruksi saya ini saja,” kata Okamoto kepada JIEF, Senin (4/12/2017).
Apakah di luar negeri atau di Jepang tidak ada alat berat excavator semacam ini?
“Menurut saya tidak ada dan di Jepang mulai muncul belakangan ini tetapi tampaknya mencuri teknologi kami. Tapi kini kami sudah mem-patent-kan teknologi kami sehingga semua orang tahu bahwa milik kami lah yang asli. Bahkan ada yang sampai ke pengadilan kasusnya karena meniru teknologi kami,” kata dia.
Upaya penggunaan mesin alat berat yang di Jepang disebut Rock Climbing Machine (RCM) ini membuat kode mesin itu juga RCM dan empat macam ada RCM1, RCM03, RCM06 dan RCM12 dengan kekuatan dan pengerukan jumlah berat yang berbeda satu sama lain.
Apakah bisa pakai radio control (remote control) dilakukan jarak jauh?
“Alat berat kami bisa dipakai oleh manusia, ada tenaga operator khusus dan bisa pula dikendalikan dengan radio control. Alat pengendali itu pun kami juga yang buat sendiri,” ungkapnya.
Tentu saja karena berisiko yang sangat tinggi, demi pengamanan SDM dan alat berat yang memanjat tebing terjal tersebut, selalu mengaitkan alat berat ke atas tebing dengan kawat baja agar kalau jatuh bisa selamat.
Apakah pernah mengerjakan proyek di luar Jepang selama 26 tahun ini?
“Belum pernah. Tetapi satu kali datang tawaran dari sebuah perusahaan konstruksi besar Jepang untuk proyek di Indonesia yaitu proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang ternyata diambil oleh China,” kata dia.
Jika proyek kereta api cepat itu dikerjakan oleh Jepang maka perusahaan ini dipastikan sedang mengerjakan proyek jalan tembus kereta api lewat gunung-gunung yang ada di Indonesia untuk proyek kereta api Jakarta-Bandung.
“Bukan hanya itu saja, kalau jadi proyek ODA tersebut ya menjadi proyek pertama kita di luar Jepang tentunya. Tapi sayang sekali tidak jadi proyek tersebut karena diambil China,” kata dia.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.